Liputan Nusantara, Samarinda – Kota Samarinda kembali digemparkan oleh insiden penabrakan kapal ponton bermuatan kayu terhadap pondasi Jembatan Mahakam Lama pada Minggu (16/2/2025). Kejadian ini bukan yang pertama, namun kali ini dianggap paling parah karena ponton menghantam 12 titik pondasi tengah jembatan.
Masyarakat pun dibuat resah, mengingat jembatan tersebut masih menjadi jalur utama mobilisasi warga. Di tengah kekhawatiran itu, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda, Syahril, dengan tegas mengecam insiden tersebut.
Syahril menyoroti bahwa kejadian ini bukanlah sesuatu yang baru. Ia mencatat, setidaknya sudah terjadi lebih dari 25 kali insiden serupa di alur lalu lintas Sungai Mahakam.
“Penabrakan ini membuat masyarakat khawatir. Jembatan Mahakam Lama masih digunakan sebagai jalur utama, dan kejadian ini sangat berbahaya,” ujarnya.
Mantan Ketua BEM FPIK Universitas Mulawarman itu juga menuding Pelindo Samarinda lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola alur lalu lintas sungai.
“Seharusnya kejadian ini bisa dievaluasi sejak lama. Namun, lagi-lagi Pelindo gagal mengawasi dan mencegah kecelakaan serupa terjadi,” tegasnya.
Syahril menambahkan bahwa masyarakat perlu tahu ke mana alokasi dana besar yang digunakan untuk pengelolaan lalu lintas sungai.
“Biaya alur lalu lintas sungai kita itu sangat besar. Tapi kenapa Pelindo tidak bisa mengatur lalu lintas kapal di Mahakam dengan baik?” katanya.
Selain menyoroti Pelindo, HMI juga menuntut pertanggungjawaban dari pihak perusahaan yang mengoperasikan kapal ponton tersebut.
“Perusahaan harus bertanggung jawab. Ini menyangkut fasilitas publik, dan masyarakat berhak mengetahui tindak lanjutnya. Jangan sampai ada pihak yang lari dari tanggung jawab,” pungkas Syahril.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Pelindo maupun pihak perusahaan terkait insiden tersebut. Namun, desakan dari berbagai elemen masyarakat terus mengalir agar kejadian serupa tidak kembali terulang.